Karimunjawa(UNAS) — Center for Botanicals and Chronic Diseases (CBCD) Indonesia menyelenggarakan workshop di hari kedua Conference on Biodiversity, Chronic Diseases, and Drug Discovery (CBCD) 2025. Kegiatan yang dipandu tim panitia dari Universitas Nasional ini menghadirkan peneliti dari dalam dan luar negeri untuk membahas inovasi riset hayati, teknologi kesehatan berbasis biomolekul, serta potensi makroalga Indonesia sebagai sumber bahan aktif farmasi dan kosmetik.
Empat narasumber yang hadir meliputi Antonia Kaz, Ph.D. (Rutgers University); dr. Muhammad Yusran, M.Si. (Universitas Sriwijaya); serta peneliti muda Universitas Nasional, Atika Amalia Firdaus dan Yuninda Tri Herawati. Sesi ini menjadi ruang berbagi pengetahuan sekaligus membahas peluang kolaborasi dalam pemanfaatan biodiversitas secara berkelanjutan.
Pendekatan GIBEX dalam Bioeksplorasi: Paparan Antonia Kaz
Antonia Kaz dalam presentasinya menyampaikan materi berjudul “Discovering Novel Botanicals” yang mengulas pendekatan GIBEX untuk konservasi biodiversitas dan penelitian produk alam. Ia menjelaskan bahwa GIBEX berfokus pada metode bioeksplorasi yang etis, berkelanjutan, dan memberikan manfaat langsung bagi negara pemilik sumber daya genetik.
“GIBEX berupaya membalik arus pengetahuan agar negara yang kaya biodiversitas tetap memegang kendali atas data metabolomik dan genomiknya,” ujar Antonia.
Ia memaparkan konsep Reversing the Flow yang menekankan pentingnya memperkuat kapasitas riset lokal melalui penerapan teknologi langsung di lapangan. Dua teknologi utama yang digunakan adalah:
- RAMES (Rapid Metabolome Extraction and Storage): memungkinkan pengambilan sampel, penggilingan, ekstraksi cepat, filtrasi, dan penyimpanan biomolekul tanaman secara portabel.
- Screens-to-Nature (STN): digunakan untuk uji bioaktivitas sederhana dan cepat.
Antonia juga menunjukkan beberapa aplikasi riset, seperti uji antibakteri menggunakan RAMES disk, identifikasi aktivitas antimikroba tannin gall oak, serta penggunaan enzim bromelain dari nanas untuk meningkatkan ketersediaan hayati protein.
Menurutnya, teknologi GIBEX membuka peluang besar bagi katalogisasi hayati dalam skala besar dan pengembangan produk kesehatan berbahan alami. “Kami melihat potensi besar untuk memperkuat kolaborasi riset dengan Universitas Nasional,” tambahnya.
Fukoidan sebagai Kandidat Terapi Retinopati Diabetik
Materi berikutnya disampaikan oleh Muhammad Yusran yang membahas potensi fukoidan, biomolekul dari makroalga cokelat, sebagai terapi untuk retinopati diabetik. Senyawa ini diketahui memiliki aktivitas antioksidan, antikoagulan, antivirus, antikanker, antiinflamasi, dan antiangiogenesis.
Yusran menyoroti prediksi bahwa kawasan ASEAN dapat menghadapi 14,9 juta kasus retinopati diabetik pada 2045. “Angka ini memberi sinyal kuat bahwa kita membutuhkan inovasi terapi baru yang efektif dan terjangkau,” katanya.
Ia menjelaskan tiga mekanisme kerja fukoidan dalam menghambat neovaskularisasi:
- menurunkan sekresi VEGF,
- menghambat ikatan VEGF–VEGFR2,
- menekan ekspresi HIF-1α.
Menurutnya, makroalga yang tumbuh melimpah di Indonesia memiliki potensi besar sebagai sumber biomolekul masa depan. “Tantangan kita adalah mengembangkannya secara berkelanjutan,” ujarnya.
Potensi Makroalga Karimunjawa untuk Perlindungan UV-B dan Penyembuhan Luka
Peneliti muda Universitas Nasional, Atika Amalia Firdaus dan Yuninda Tri Herawati, memaparkan hasil penelitian mengenai dua makroalga dari perairan Karimunjawa, yaitu Padina australis dan Sargassum crassifolium.
Temuan utama riset menunjukkan bahwa:
- Padina australis memiliki aktivitas antioksidan kuat,
- Sargassum crassifolium memiliki aktivitas antioksidan sedang,
- Keduanya berpotensi sebagai agen perlindungan alami terhadap radiasi UV-B.
Dalam uji formulasi gel, gel Padina australis terbukti mampu meminimalkan munculnya eritema pada kulit mencit yang terpapar UV-B. Hasil ini menunjukkan prospek pengembangan bahan aktif alami untuk produk perlindungan kulit dan penyembuhan luka. (MAR)
Bagikan :


