Jakarta (UNAS) — Regaranggi Institute bekerja sama dengan Universitas Nasional (UNAS) serta sejumlah perguruan tinggi dalam dan luar negeri menyelenggarakan The 2nd International Conference on Multidimensional Applied Linguistics (ICMAL) 2025 pada Selasa (23/12) di Auditorium Cyber Universitas Nasional, Jakarta. Konferensi internasional ini mengusung tema “Redefining Applied Linguistics in a Disruptive Era.”
ICMAL 2025 menjadi forum akademik internasional yang mempertemukan pakar, peneliti, pendidik, dan praktisi dari berbagai negara untuk membahas perkembangan mutakhir linguistik terapan dalam konteks pendidikan, komunikasi, media, dan dinamika global abad ke-21.
Konferensi ini secara khusus mengulas tantangan dan peluang linguistik terapan di tengah transformasi digital, perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), serta pengaruh globalisasi terhadap penggunaan bahasa, pembelajaran, dan metodologi penelitian linguistik.
CEO ICMAL, Dr. Iskandarsyah Siregar, Ph.D., menyampaikan apresiasi atas tingginya partisipasi peserta dan mitra konferensi. Ia mencatat sebanyak 100 peserta hadir secara luring di luar undangan resmi pada hari pertama pelaksanaan konferensi.
“Antusiasme ini menunjukkan besarnya perhatian akademisi dan praktisi terhadap isu linguistik terapan multidimensional yang relevan dengan tantangan global saat ini,” ujarnya.
Dr. Iskandarsyah menambahkan, ICMAL 2025 dirancang dalam dua sesi utama untuk menjembatani diskursus teoretis dan praktik aplikatif. Melalui pendekatan tersebut, konferensi diharapkan mampu menawarkan solusi komprehensif atas persoalan komunikasi dan kebahasaan di tingkat global.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pimpinan Universitas Nasional, khususnya Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama serta Kepala Biro Kerja Sama UNAS, atas dukungan penuh terhadap penyelenggaraan konferensi yang menjadi bagian dari rangkaian Dies Natalis UNAS.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama UNAS, Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt., menegaskan pentingnya peran linguistik terapan dalam merespons perubahan global.
“Inovasi teknologi, mobilitas global, dan transformasi sosial membentuk ulang cara manusia menggunakan dan mempelajari bahasa. Kondisi ini menantang pendekatan lama sekaligus membuka ruang bagi linguistik terapan yang lebih inklusif dan relevan secara sosial,” tuturnya.
Ia mengajak peserta untuk mengkaji peran linguistik terapan dalam komunikasi digital, pemanfaatan AI, literasi multimodal, keadilan linguistik, serta pemahaman lintas budaya di era disrupsi.
Salah satu sesi panel menghadirkan Denis Bolotsky, Head of RT Indonesia & ASEAN, yang membahas relasi media, bahasa, dan politik internasional. Ia menjelaskan bahwa pembukaan kantor RT di Jakarta didorong oleh posisi strategis Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan dunia internasional, termasuk sebagai tuan rumah Sekretariat ASEAN, anggota G20, dan anggota penuh BRICS.
“Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga sarana membentuk realitas melalui framing,” ujarnya. Denis menekankan pentingnya pluralitas narasi, etika jurnalistik, serta peran koresponden lapangan di tengah maraknya disinformasi dan penggunaan AI dalam produksi berita.
Dalam bidang pendidikan bahasa, Assoc. Prof. Dr. Siti Yulidhar Harunasari, M.Pd., dari Universitas LIA Jakarta memaparkan konsep “Language Learning Evolved: Adaptive Technology and Personalized Fluency.” Ia memperkenalkan Adaptive Language Interface (ALI), kerangka pembelajaran bahasa berbasis AI yang adaptif dan personal.
“AI akan berdampak optimal jika terintegrasi dalam desain pembelajaran yang koheren dan berbasis pedagogi,” ujarnya.
Konsep ALI mengombinasikan teori pemerolehan bahasa, adaptasi dinamis berbasis AI, dan pembelajaran sosial kontekstual sebagai fondasi pengembangan pembelajaran bahasa yang lebih inklusif.
Sementara itu, praktisi linguistik dan broadcasting, Abdul Aziz, menyoroti peran linguistik dalam dunia penyiaran digital, AI, dan neurolinguistik. Ia menegaskan bahwa linguistik menjadi dasar komunikasi yang efektif dan relevan dengan audiens.
“Dalam broadcasting, bahasa tidak selalu harus sempurna secara kaidah, tetapi harus komunikatif serta mampu membangun emosi dan kepercayaan publik,” ujarnya.
Rangkaian ICMAL 2025 ditutup dengan penampilan seni budaya Betawi berupa Lenong Teater Betawi oleh Teater Gemah Caraka, dilanjutkan dengan sesi foto bersama seluruh peserta.
Melalui ICMAL 2025, Regaranggi Institute dan Universitas Nasional berharap konferensi ini dapat memperkuat jejaring akademik global, mendorong pertukaran gagasan ilmiah yang berkelanjutan, serta memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan di tengah tantangan disrupsi digital dan globalisasi. (VIN/SAF)





