Jakarta (UNAS) – Krisis lingkungan hidup tidak lagi menjadi isu masa depan, melainkan tantangan nyata yang sudah kita hadapi bersama hari ini. Dalam prosesi Wisuda Universitas Nasional (UNAS) Periode I Tahun Akademik 2024/2025 yang digelar Minggu (15/6/2025) di Jakarta Convention Center, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Dr. Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan pesan kuat kepada para lulusan agar siap mengambil peran strategis dalam menghadapi krisis global lingkungan.
Dalam pidatonya, Hanif menekankan bahwa wisuda bukan semata-mata seremoni akademik, melainkan titik awal kontribusi nyata para sarjana dalam membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Ia mendorong perguruan tinggi, termasuk UNAS, untuk menjadi agen perubahan melalui integrasi prinsip keberlanjutan ke dalam kurikulum, penelitian, serta operasional kampus.
“Lulusan hari ini adalah pemimpin masa depan. Mereka harus mampu menjadi pelopor dalam menyuarakan dan menerapkan solusi terhadap persoalan lingkungan. Pendidikan tinggi tidak boleh berhenti hanya pada teori, tetapi juga harus mendorong aksi nyata,” ujarnya.

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Dr. Hanif Faisol Nurofiq memberikan selamat kepada para wisudawan/i terbaik dalam acara Wisuda UNAS, di JCC Senayan, Minggu, 15 Juni 2025.
Hanif menyebutkan bahwa saat ini dunia tengah menghadapi Tiga Krisis Planet (Triple Planetary Crisis), yaitu perubahan iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Ketiga hal ini saling terkait dan menimbulkan dampak besar terhadap keberlangsungan hidup manusia.
Perubahan iklim, kata Hanif, telah menyebabkan naiknya permukaan air laut, cuaca ekstrem, serta menurunnya produktivitas lahan pertanian. Hal ini berdampak langsung terhadap ketahanan pangan dan keberlanjutan negara.
Krisis kedua, polusi, semakin mengkhawatirkan. Polusi udara, air, dan sampah—terutama di kawasan Jabodetabek—telah mencapai tingkat yang membahayakan kesehatan masyarakat. “Biaya kesehatan meningkat drastis. Ini bukan hanya gangguan kenyamanan, tapi juga ancaman terhadap hak hidup yang sehat,” tegasnya.
Krisis ketiga, hilangnya keanekaragaman hayati, terjadi dalam laju yang mengkhawatirkan. Kepunahan spesies berdampak pada rusaknya ekosistem dan keseimbangan kehidupan. Hanif menegaskan, jika tidak segera diatasi, kerusakan ini akan menjadi beban generasi mendatang.
Dalam konteks ini, Hanif mengajak perguruan tinggi untuk mengadopsi dan menerapkan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Education for Sustainable Development) di semua disiplin ilmu, tidak hanya terbatas pada program studi teknik atau lingkungan. Ia mengingatkan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari dunia pendidikan.
Dalam acara tersebut, juga diumumkan kerja sama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Universitas Nasional, sebagai bagian dari komitmen bersama dalam memperkuat agenda keberlanjutan. “Melalui berbagai inisiatif seperti pengurangan limbah, konservasi energi, dan keterlibatan aktif mahasiswa, UNAS telah menunjukkan kemajuan. Produksi limbah kampus bahkan berhasil dikurangi hingga 40 persen dalam lima tahun terakhir,” ungkap Hanif.
Di akhir sambutannya, Hanif mengajak seluruh lulusan untuk tidak berhenti pada pencapaian akademik semata. Ia berharap ilmu dan keahlian yang diperoleh selama masa studi dapat digunakan untuk merancang dan menerapkan solusi hijau, mendidik masyarakat, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai bangsa yang bersih, sehat, dan lestari.
Sementara itu, Rektor UNAS Dr. El Amry Bermawi Putera, M.A., menyampaikan apresiasi atas komitmen Menteri LHK dalam memperjuangkan isu lingkungan hidup yang semakin krusial. Ia menegaskan bahwa UNAS akan terus memperkuat perannya dalam pendidikan, penelitian, dan aksi nyata untuk menjaga keberlanjutan bumi.
“Universitas Nasional merasa terhormat atas kehadiran Bapak Menteri. Ini menjadi penguat bagi kami untuk terus menjaga bumi, tidak hanya melalui pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga melalui partisipasi aktif dalam gerakan lingkungan,” ucap El Amry.
Dengan semangat kolaboratif dan pendekatan ilmiah, UNAS bertekad untuk terus menjadi bagian dari solusi terhadap krisis lingkungan global. Momentum wisuda ini bukan hanya menandai akhir sebuah perjalanan akademik, tetapi juga menjadi awal komitmen baru untuk membangun masa depan yang lebih berkelanjutan. (DMS)
Bagikan :


