Jakarta (UNAS) – Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (FBS UNAS) kembali menggelar 4th HISKI International Hybrid Seminar bertema “Kajian Poskolonial dalam Bahasa, Sastra, dan Budaya” pada Rabu (19/11) di Exhibition Room UNAS Lounge. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid untuk memberikan akses seluas mungkin bagi peserta dari berbagai daerah dan mancanegara.
Seminar diawali dengan laporan Ketua Panitia, Dr. Fairuz, M.Hum., yang menegaskan komitmen UNAS dalam menghadirkan ruang ilmiah yang inklusif.
“Seminar Internasional HISKI Ke-4 Komisariat UNAS ini kami selenggarakan secara hybrid agar mudah diakses oleh peserta dari wilayah mana pun. Tema kajian poskolonial penting karena membuka cara pandang baru terhadap jejak kolonialisme yang masih memengaruhi bahasa, sastra, dan budaya hingga kini,” ujar Fairuz.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia, narasumber, dan peserta yang berpartisipasi.
“Semoga seminar ini menjadi ruang berbagi gagasan, memperkuat jejaring penelitian, dan mendorong lahirnya kajian baru yang relevan,” tambahnya.
Makna Kajian Poskolonial
Acara ini menjadi ajang akademik penting karena kajian poskolonial berperan besar dalam memahami dampak jangka panjang kolonialisme terhadap identitas, karakter budaya, dan pemikiran masyarakat Indonesia.
Seminar ini juga menghadirkan Call for Paper dari berbagai institusi, seperti Universitas Al Azhar Indonesia, Universitas Bung Hatta, Universitas Indraprasta, serta mahasiswa S1 FBS UNAS dan mahasiswa S2 Magister Linguistik UNAS. Hal ini menandai tingginya minat akademik terhadap diskursus poskolonial.
Pesan Dekan FBS UNAS
Dalam sambutannya, Dekan FBS UNAS, Dra. Nana Yuliana, M.A., M.Si., Ph.D., memaparkan konteks historis yang membentuk kajian poskolonial di Indonesia.
“Kita dijajah Belanda selama 350 tahun dan Jepang selama 3,5 tahun. Jejak kolonial ini memengaruhi budaya dan karya sastra yang lahir setelahnya. Nilai perjuangan, persatuan, emansipasi, hingga ketahanan selalu hadir dalam karya sastra Indonesia,” jelasnya.
Ia juga berpesan kepada generasi muda, khususnya mahasiswa FBS UNAS:
“Gen Z sekarang lebih mudah menyerah. Bacalah karya sastra, karena di dalamnya ada nilai ketahanan diri, kebersamaan, dan persatuan Indonesia yang harus kalian terapkan dalam masa depan,” pesan Nana.
“Saya berharap dosen-dosen turut menghadirkan karya yang mengandung nilai perjuangan, bukan hanya tema percintaan, agar mahasiswa dapat memetik maknanya,” tutupnya.
Pandangan HISKI
Ketua HISKI Pusat, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., menegaskan pentingnya fokus pada dampak kolonialisme dalam berbagai aspek kehidupan bangsa.
“Postcolonial studies mempelajari dampak penjajahan terhadap bangsa Indonesia. Saya berharap seminar ini membantu kita memahami dampak-dampak tersebut secara positif,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua HISKI UNAS, Dr. Kasno Atmo Sukarto, M.Pd., menyoroti perjalanan panjang HISKI di UNAS.
“Kegiatan HISKI di UNAS sudah berlangsung tujuh kali—empat nasional dan tiga internasional. Harapan saya, UNAS dan HISKI terus bergerak terarah, memperbaiki kelemahan, dan tidak malas untuk terus belajar,” ungkapnya.
Sesi Seminar dan Peluncuran Buku
Acara ini berlangsung dalam beberapa sesi yang menghadirkan pakar dari dalam dan luar negeri, di antaranya:
Sesi Pertama
Moderator: Kurnia Rahmawati, M.A.
Narasumber:
- Assoc. Prof. Dahlia Janan, Ph.D.
- Asst. Prof. Dr. Aminah Jehwea
- Dr. Wawat Rahwati, M.Hum.
- Dr. Roh Jung Ju, M.Hum.
- Dr. Dora Amalia, M.Hum.
Sesi Kedua
Moderator: Evi Jovita Putri, S.Hum., M.A.
Narasumber: Aimifrina, Dr. Nina Alia Ariefa, S.S., M.Si., Jennifer Yunita, Wisnu Wardani, M.Hum., Muhammad Daffa Adzana, dan Muhammad Zendi Alfarizi.
Sesi Ketiga
Moderator: Nisrina Rona Nabilah, M.A.
Pembicara: Nico Harared, M.Hum., Istiqomatun Nawawi, Adzra Khoirun Fauzian, Ziska Aulia Hermawan, Rita Susanti, M.Si., dan Firlina Putri Ayu.
Selain itu, acara ini juga dimeriahkan oleh peluncuran buku karya Dr. Wawat Rahwati, M.Hum., yang menambah khazanah literasi dan penelitian sastra di Indonesia. (SAF)
Bagikan :


