Jakarta(UNAS) – Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Nasional (UNAS), memperkuat jejaring internasional melalui diskusi akademik bertajuk “The Image of Russia and BRICS in the Perception of Youth”. Kegiatan ini digelar secara daring melalui Cyber Meeting Room pada Senin (22/12/2025) dan mempertemukan akademisi Indonesia dan Rusia untuk membahas persepsi generasi muda terhadap Rusia dan negara-negara BRICS.
Diskusi ini merupakan hasil kerja sama antara Fakultas Bahasa dan Sastra UNAS dan Knowledge Hub Center Russian State University for the Humanities (RSUH). Forum tersebut bertujuan mengkaji hasil riset internasional mengenai pandangan generasi muda BRICS terhadap dinamika geopolitik global, sekaligus memperkuat kolaborasi lintas negara di bidang pendidikan, riset sosial, dan kemanusiaan.
Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra UNAS, Nana Yuliana, M.A., M.Si., Ph.D. Ia menegaskan bahwa forum akademik internasional menjadi ruang strategis untuk membangun pemahaman lintas budaya dan memperluas wawasan mahasiswa terhadap isu global yang terus berkembang.
Nana Yuliana juga menyampaikan apresiasi kepada delegasi Rusia yang hadir, antara lain Director of Knowledge Hub Center RSUH, Head of Smart Civilization Institute, serta Deputy Director for Research and Analysis, Artur Bogachev. Kehadiran delegasi tersebut dinilai sebagai bentuk nyata komitmen bersama dalam memperkuat kerja sama akademik internasional.
Dalam sambutannya, Nana Yuliana menyoroti hubungan bilateral Indonesia dan Rusia yang telah terjalin selama 75 tahun. Ia menyampaikan bahwa hubungan tersebut semakin diperkuat melalui penandatanganan Strategic Partnership Agreement antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Juni 2025, yang membuka peluang kerja sama lintas sektor, termasuk pendidikan tinggi.
“Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam kemitraan strategis Indonesia dan Rusia. Karena itu, kami menyambut baik kerja sama ini sebagai langkah konkret memperkuat kolaborasi akademik,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa FBS UNAS telah menandatangani nota kesepahaman dengan mitra Rusia pada November 2025 di Russian House serta menyelenggarakan workshop jurnalistik bersama Russia Today. Partisipasi dalam peringatan 20 tahun Russia Today di Moskow juga disebut sebagai momentum penting dalam mempererat hubungan akademik dan budaya kedua negara.
Lebih lanjut, Nana Yuliana menekankan peran strategis pendidikan dalam mendukung pembangunan sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045. Penguatan kualitas pendidikan tinggi, menurutnya, sejalan dengan agenda nasional untuk meningkatkan daya saing bangsa di tingkat global.
Saat ini, Fakultas Bahasa dan Sastra UNAS menaungi lima program studi, yaitu Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra Jepang, Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Korea, serta Program Magister Linguistik Terapan. FBS UNAS menyatakan kesiapan untuk memperluas kerja sama dalam bidang pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Nana Yuliana juga menyoroti tantangan global yang dihadapi dunia pendidikan, mulai dari bencana alam, percepatan teknologi, hingga pemanfaatan kecerdasan buatan dalam pembelajaran dan penelitian. Ia menekankan pentingnya penguatan integritas akademik melalui pengembangan teknologi pendukung, termasuk sistem deteksi plagiarisme di era AI dan media sosial.
Sementara itu, Direktur Knowledge Hub Center RSUH, Kirill Kostin, memperkenalkan Knowledge Hub sebagai pusat kerja sama akademik dan kemanusiaan negara-negara BRICS. Ia menjelaskan bahwa lembaga tersebut berfokus pada pengembangan sains, pendidikan, dan riset sosial melalui kolaborasi berbasis proyek yang melibatkan perguruan tinggi, lembaga riset, dan organisasi masyarakat sipil.
Kirill Kostin mengapresiasi pendekatan pendidikan berdaulat yang dikembangkan Universitas Nasional. Menurutnya, pendekatan tersebut sejalan dengan nilai-nilai BRICS yang menekankan kedaulatan, kesetaraan, serta penghormatan terhadap tradisi dan budaya masing-masing negara.
Dalam paparannya, Kirill Kostin menyampaikan hasil studi sosiologis berskala besar mengenai persepsi generasi muda di negara-negara BRICS. Penelitian tersebut melibatkan sekitar 5.500 responden dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan dengan metode kuantitatif dan kualitatif, termasuk diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BRICS dipersepsikan sebagai organisasi internasional yang merepresentasikan nilai kesetaraan, multipolaritas, dan kedaulatan negara. Namun, tingkat pemahaman generasi muda terhadap BRICS dinilai masih terbatas dan didorong oleh rasa ingin tahu terhadap potensi manfaat BRICS bagi masa depan negara mereka.
Untuk menggali persepsi yang lebih mendalam, penelitian ini menggunakan pendekatan kreatif berbasis asosiasi dan citra, seperti memaknai negara atau BRICS dalam bentuk bangunan dan hewan. Meskipun menghasilkan gambaran yang beragam, terdapat kesamaan nilai berupa harapan terhadap kemajuan, keindahan, dan pembangunan berkelanjutan.
Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan Marine Voskonyan mengenai komunikasi strategis internasional dan dampak teknologi digital dalam pembentukan opini publik. Ia menekankan peran media digital dalam membentuk persepsi generasi muda terhadap negara, identitas, dan kerja sama global.
Artur Bogachev menyoroti peran organisasi nonpemerintah dalam mendorong partisipasi sipil dan keterlibatan generasi muda. Sementara itu, Ivan Kryazhev dan Anastasiia Maryina membahas strategi kemitraan internasional serta diplomasi publik yang inklusif dan kolaboratif untuk memperkuat hubungan antarnegara.
Kegiatan ditutup dengan sesi dokumentasi dan penyerahan plakat sebagai simbol kerja sama antara Universitas Nasional dan Knowledge Hub Center RSUH. Melalui forum ini, diharapkan terbangun kolaborasi berkelanjutan dalam pengembangan riset, pendidikan, dan dialog lintas peradaban dengan generasi muda sebagai aktor utama kerja sama global. (VIN)





