Jakarta (UNAS) – Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Universitas Nasional (UNAS), Prof. Dr. Ir. Edi Sugiono, S.E., M.M., menegaskan bahwa manajemen talenta merupakan strategi penting dalam meningkatkan kesejahteraan kerja sekaligus mendorong keberanian karyawan untuk menyampaikan ide dan masukan dalam organisasi. Pandangan tersebut ia sampaikan dalam orasi ilmiah berjudul “Manajemen Talenta sebagai Pendorong Kesejahteraan Kerja dan Suara Karyawan: Peran Kesesuaian Individu-Organisasi” pada Sidang Terbuka Majelis Guru Besar UNAS dalam rangka Pengukuhan Guru Besar, Senin (18/8/2025), di Auditorium UNAS.
Paradigma Baru Manajemen Talenta
Prof. Edi menjelaskan bahwa perkembangan teknologi, perubahan pola kerja pascapandemi, serta kompleksitas bisnis global menuntut organisasi bertransformasi dalam pengelolaan sumber daya manusia. Menurutnya, paradigma manajemen talenta kini bergeser dari sekadar perekrutan eksternal menuju strategi pengembangan, pemberdayaan, dan retensi talenta yang sudah dimiliki organisasi.
“Organisasi dituntut mampu menarik bakat terbaik, mempertahankan karyawan berkualitas, serta mengembangkan potensi SDM secara berkelanjutan. Tujuannya bukan hanya mencetak tenaga kerja kompeten, tetapi juga membangun tenaga kerja yang berkelanjutan (sustainable workforce),” jelasnya.
Ia menambahkan, manajemen talenta yang baik dapat memberikan keunggulan kompetitif, meningkatkan keterlibatan karyawan, sekaligus memperkuat keberlanjutan organisasi. Pilar utamanya meliputi pengelolaan penghargaan, pengembangan jalur karier, identifikasi posisi kritis, serta pelatihan kompetensi yang terarah.
Kesejahteraan Kerja dan Suara Karyawan
Dalam orasinya, Prof. Edi menekankan hubungan erat antara manajemen talenta dengan kesejahteraan kerja (thriving at work), yang mencakup aspek pembelajaran dan vitalitas. Konsep ini membuat karyawan merasa berkembang secara pribadi, berenergi, dan memiliki semangat kerja tinggi.
“Praktik manajemen talenta yang dirancang dengan baik dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan karyawan untuk terus belajar, bertumbuh, dan memberikan kontribusi terbaiknya,” paparnya.
Ia juga menyoroti peran manajemen talenta dalam mendorong employee voice atau suara karyawan, yaitu keberanian karyawan menyampaikan ide dan pendapat yang bernilai bagi organisasi. Menurutnya, budaya kerja terbuka dan kolaboratif menjadi syarat utama agar suara karyawan dapat berkembang.
“Manajemen talenta yang berfokus pada pemberdayaan akan meningkatkan rasa percaya diri, motivasi, serta keberanian karyawan untuk menyampaikan pendapat secara konstruktif,” tambahnya.
Peran Kesesuaian Individu–Organisasi
Prof. Edi menegaskan pentingnya kesesuaian antara individu dengan organisasi (person-organization fit) dalam keberhasilan manajemen talenta. Karyawan yang merasa nilai, tujuan, dan kompetensinya selaras dengan organisasi akan lebih termotivasi, memiliki komitmen tinggi, serta cenderung aktif menyuarakan ide.
“P-O Fit tidak hanya berpengaruh pada motivasi dan kinerja, tetapi juga memperkuat keterlibatan karyawan. Mereka yang merasa selaras dengan organisasinya lebih mungkin menunjukkan vitalitas, semangat belajar, dan kepedulian terhadap masalah organisasi,” terangnya.
Tantangan Era Disrupsi dan Strategi Menghadapinya
Lebih lanjut, Prof. Edi menguraikan sejumlah tantangan penerapan manajemen talenta di era disrupsi teknologi dan ketidakpastian global, seperti kondisi ekonomi, perubahan demografi tenaga kerja, ekspektasi karyawan yang meningkat, serta transformasi digital.
Untuk menghadapinya, ia mengusulkan strategi berkelanjutan, antara lain memperkuat keterlibatan karyawan, mendesain sistem kompensasi strategis, menyediakan jalur pengembangan karier yang jelas, memperhatikan kesehatan mental, serta membangun budaya organisasi yang memberdayakan. “Kepemimpinan transformasional dan komunikasi aktif juga menjadi kunci dalam mempertahankan talenta unggul di tengah ketidakpastian,” tegasnya.
Penutup: Talenta sebagai Fondasi Keunggulan
Mengakhiri orasi, Prof. Edi menegaskan bahwa manajemen talenta harus menjadi strategi inti organisasi, bukan sekadar fungsi administratif sumber daya manusia. Implementasi yang tepat akan menciptakan organisasi adaptif, inklusif, dan berdaya saing tinggi.
“Manajemen talenta yang terintegrasi dengan strategi bisnis tidak hanya meningkatkan produktivitas dan inovasi, tetapi juga menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Di sinilah peran perguruan tinggi dan dunia usaha untuk bersama-sama membangun ekosistem kerja yang sehat, dinamis, dan berorientasi pada pertumbuhan manusia,” pungkasnya. (DMS)
Bagikan :


