Dorong Pengembangan Pangan Lokal ‘Umbi Garut’, Fakultas Pertanian Unas Gelar Seminar Nasional

Pangan Lokal Umbi Garut

Jakarta (Unas) –  Dalam rangka mendorong pengembangan pangan lokal umbi garut, Fakultas Pertanian Universitas Nasional (Unas) lakukan seminar nasional, pada Sabtu (09/10). Kegiatan ini berkolaborasi dengan Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian dan Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Berbasis Korporasi (Propaktani).

Dihelat secara virtual, kegiatan ini menghadirkan beberapa narasumber dalam bidang Pertanian dan membahas mengenai pengembagan umbi garut sebagai pangan alternatif dan pangan fungsional, serta prospek olahannya.

Dr. Ir. Suwandi, M.Si.,

Dalam sambutannya, Direktur Jendral Tanaman Pangan, Kementrian Pertanian RI, Dr. Ir. Suwandi, M.Si., mengatakan, pangan lokal kini menjadi perhatian oleh Kementrian Pertanian yang pengembangannya dibagi menjadi lima fokus utama.

“Fokus pertama meningkatkan kapasitas produksi bahan pokok, kedua umbi garut merupakan pangan lokal untuk produksi dan dikonsumsi, ketiga ketahanan pangan dengan membangun sistem logistik level rumah tangga, kecamatan, kabupaten, atau provinsi, keempat membangun pertanian modern, dan kelima meningkatkan ekspor, yang mana kali ini salah satu fokusnya pada umbi garut,” jelasnya.

Ia melanjutkan, pengembangan umbi garut juga bertujuan untuk menarik konsumsi masyarakat agar semakin paham mengenai pangan lokal. “Saya juga berharap umbi garut ini nantinya bisa masuk ke restoran dan hotel kelas menengah keatas di Indonesia, sehingga kita bisa meningkatkan konsumsi pangan lokal dan memberikan semangat petani serta menghargai jerih payahnya ” katanya.

Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M.Agr.

Dekan Fakultas Pertanian Unas, Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M.Agr., mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian dari perayaan dies natalis Unas yang ke 72 tahun. Ia berharap, kolaborasi dalam seminar nasinal ini bisa memberikan manfaat demi kemajuan petani dan pangan lokal di Indonesia.

“Semoga masyarakat juga bisa teredukasi dengan menambah pengetahuannya mengenai pangan lokal umbi garut, serta mencintai produksi dalam negeri mengingat pangan lokal ini juga memberikan manfaat bagi diri kita dan kemajuan bangsa,” tuturnya.

Baca Juga :   Pelangi selalu Hadir Diantara Hujan dan Matahari (Cerita di balik Akreditasi A Universitas Nasional)

Hadir sebagai narasumber, Dr. Ir. Puspita Deswina, M.Si., dari Pusat Riset Bioteknologi – LIPI/ BRIN mengatakan, Indonesia menduduki ranking keempat tertinggi jumlah penduduk terpadat di dunia. Hal ini memacu produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan dapat mempercepat keanekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal, salah satunya ialah umbi garut.

“Pangan alternatif seperti umbi garut dapat mengurangi konsumsi beras atau diversifikasi pangan, serta melahirkan inovasi dalam teknologi pertanian. Umbi garut juga merupakan salah satu sumber karbohidrat potensial yang dapat menjadi substitusi tepung terigu,” ujarnya.

Ia menambahkan, umbi garut memiliki beberapa keunggulan seperti mudah dicerna, baik untuk penderita autis dan diabetes, serta bebas gluten yang bermanfaat bagi penderita gangguan pencernaan dan penyakit celiac.

Senada dengan hal tersebut, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Si., mengatakan, Umbi Garut sebagai pangan fungsional merupakan makanan atau bahan makanan yang dapat memberikan kesehatan di luar zat gizi yang biasa dikandungnya.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa umbi garut mampu menghambat penyakit degenaratif, serta memiliki komponen yang berperan bagi kesehatan. Terdapat kandungan serat pangan yang terbukti bisa meningkatkan saluran cerna, sistem imun, dan berperan dalam mengatasi non communicable diseases,” paparnya.

Eni menuturkan, umbi garut atau Maranta arundinacea memiliki akar rimpang  dengan batang yang menjalar dalam tanah dan berbentuk silindris dengan ujung kuncup atau seperti busur panah. Ia juga menjelaskan, terdapat beberapa pengolahan umbi garut diantaranya tepung, emping garut, dodol garut, cookies cokelat garut, dan kue semprit garut.

Ir. Etty Hesthiati mengatakan M.Si.

Dalam kesempatan yang sama, Peneliti dan Dosen Fakultas Pertanian Unas, Ir. Etty Hesthiati. M.Si.,mengatakan  di masa Covid-19, pangan lokal memiliki peran yang penting sebagai sumber keragaman bahan pangan untuk ketahanan pangan dan gizi keluarga. Menurutnya, berbagai jenis makanan lokal yang merupakan hasil kreativitas budaya dapat meningkatkan ketersediaan beragam makanan yang bergizi.

Baca Juga :   PPI UNAS LAKUKAN QURBAN DI PONDOK PESANTREN DAARUL AFKAR BANTEN

“Pangan lokal seperti umbi garut juga dapat menjadi katup pengaman dalam menjaga pasokan pangan bagi keluarga petani di pedesaan pada saat terjadi shock terhadap ketersediaan pangan. Di sisi lain, usaha pangan lokal berpotensi sebagai pencipta kesempatan kerja dan tambahan pendapatan rumah tangga serta penggerak ekonomi daerah,” imbuhnya.

Heti menambahkan, berakhirnya pandemi Covid-19 belum bisa diperkirakan secara akurat. Karena itu, pangan lokal memiliki potensi untuk turut mengatasi gangguan pada ketahanan pangan dan gizi masyarakat.

Sementara itu, Ketua Departemen Gizi, FEMA Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr, Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si. mengatakan, umbi garut sebagai pangan alternatif dapat mencegah stunting pada anak. Menurutnya, salah satu masalah gizi yang terjadi di Indonesia ialah stunting atau gagalnya tumbuh kembang pada anak. Hal ini bisa dicegah atau diatasi dengan pola gizi seimbang.

“Mengingat angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi, kita perlu mensosialisasikan pilar gizi seimbang yang bisa diterapkan pada anak dan ibu hamil. Pilar gizi seimbang itu terdiri dari mengkonsumsi pangan beraneka ragam, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau berat badan,” katanya.

Lebih lanjut, Anna mengatakan, gizi seimbang bisa dilakukan dengan menyajikan menu hidangan yang terdiri dari makanan pokok sebagai sumber karbohidrat, lauk sumber protein, serta sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral. “Umbi garut merupakan salah satu pangan sebagai sumber karbohidrat umbi-umbian yang cukup tinggi dengan pati garut yang mudah dicerna sehingga dapat dikonsumsi manula maupun balita,” jelasnya. (NIS)

Bagikan :
Berita Terbaru

Jadwal pelaksanaan PLBA T.A 2024/2025

Hari : Kamis 

Tanggal : 19 September 2024

Pukul : 07.00 – 17.00 WIB

Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FISIP
  2. FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
  3. FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
  4. FAKULTAS TEKNOLOGI  KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Hari : Jum’at

Tanggal : 20  September 2024

Pukul : 07.00 – 16.00 WIB

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
  2. FAKULTAS HUKUM
  3. FAKULTAS ILMU KESEHATAN
  4. FAKULTAS BIOLOGI DAN PERTANIAN

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

Chat with Us!