Respon Hasil KTT G20 Bali, UNAS Selenggarakan Seminar Nasional Bertajuk Peacebuilding, Stop War and Strengthen Global Cooperation

Jakarta – Merespon hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Universitas Nasional (UNAS) melalui Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berinisiatif menyenggarakan sebuah Seminar Nasional dengan tema The G20 in Bali: Peacebuilding, Stop War and Strengthen Global Cooperation pada Jum’at, 18 November 2022. 

Bertempat di Aula UNAS, hadir beberapa pembicara penting yang ikut memberikan opini dan pandangannya, seperti Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, H.E Vasyl Hamianin, Guru Besar Universitas Nasional, sekaligus mantan Duta Besar Indonesia untuk Ukraina periode 2017-2021, Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi.,S.E., M.IM., S.H., serta Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dr. Dino Patti Djalal., M.A.,

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, H.E Vasyl Hamianin menjelaskan tentang kondisi Ukraina pada sekarang ini.

Dalam seminar, menanggapi hasil KTT G20 di Bali, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, H.E Vasyl Hamianin menyampaikan rasa bangga dan terima kasihnya, karena Indonesia mampu menujukkan komitmen dan kemampuan yang kuat untuk melakukan sebuah action nyata sebagai pemimpin. Dirinya bersyukur, berkat peran dari Presiden Joko Widodo, telah terbangun sebuah solidaritas dan persatuan yang menciptakan deklarasi yang konkrit, termasuk kecaman terhadap perang di Ukraina dan menuntut Rusia untuk menarik pasukannya. Sebab, menurutnya, Rusia secara terus menerus dan berulang-ulang telah melakukan penyerangan ke wilayah Ukraina.

“Bahkan pada pertengahan Summit, Rusia kembali melakukan serangan ke Ukraina, dengan meluncurkan lebih dari 90 rudal”, ujar Vasyl.

Vasyl menyatakan, serangan yang dilakukan Rusia ini menjadi gambaran nyata bagaimana mereka berupaya mengancam komunitas dunia, mengancam perdamaian dan stabilitas. Apalagi, Rusia telah menunjukkan sikap tidak hormat terhadap Indonesia dengan menolak untuk turut berpartisipasi dalam KTT G20 kali ini. Vasyl lantas kembali mengapresiasi peran G20 yang turut mendukung perdamaian dunia. Menurutnya, G20 bukan hanya sebuah organisasi internasional, namun merupakan platform yang mampu untuk membuat keputusan, membuat aksi nyata, dan mampu untuk mengubah sesuatu.

Baca Juga :   Perubahan Sertifikat Akreditasi Program Studi Administrasi Publik Sesuai Nomenklatur 2019-2023

“Semua membutuhkan keberanian dan tindakan. Memperkuat global cooperation adalah cara untuk menghentikan perang. Sehingga, solidaritas dan persatuan adalah hal utama. Indonesia pasti mengerti betul hal ini karena memiliki slogan Bhinneka Tunggal Ika”, katanya.

Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dr. Dino Patti Djalal., M.A., memberikan penjelasan tentang KTT G20 yang dipimpin oleh Indonesia.

Senada, Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dr. Dino Patti Djalal., M.A., juga menyatakan pentingnya keberadaan G20 sebagai sebuah platform untuk menyelesaikan permasalahan dunia. Dalam KTT G20, menurut Dino, telah terjadi suatu keajaiban, bahwa pada akhirnya ada sebuah putusan yang jelas mengenai perang di Ukraina, di mana pada pertemuan-pertemuan sebelumnya di tingkat Menteri hal ini selalu gagal membuahkan hasil.

“Alhamdulillah ini sebuah keajaiban. Untuk pertama kalinya ada satu komunike yang resmi. Termasuk putusan butir 3 mengenai perang Ukraina. Ini satu kemenangan yang nyata dan pukulan yang besar bagi Rusia”, ujar Dino.

Dino menambahkan, Indonesia pada kepemimpinannya kali ini sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang besar. Sebab, selama ini G20 selalu diketuai oleh negara-negara barat. Baru sekarang ini, terang Dino, terjadi perubahan di mana G20 beralih ke “selatan”, di mana empat pemimpin berikutnya berasal dari negara berkembang.

“Estafet pertama di mulai dari Indonesia, India, Brasil, dan Afrika Selatan. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Sehingga Indonesia sebagai yang pertama harus bisa menjaga agar ini benar-benar bisa sukses”,  tambah Dino.

Guru Besar Universitas Nasional Prof. Dr.Yuddy Chrinandi.,S.E., M.IM., S.H., saat memberikan pidota tentang Ukraina.

Sementara itu, Guru Besar Universitas Nasional, sekaligus mantan Duta Besar Indonesia untuk Ukraina periode 2017-2021, Prof. Dr.Yuddy Chrinandi.,S.E., M.IM., S.H.,  mengatakan, Ukraina sesungguhnya memang memiliki hak untuk menentukan masa depannya. Menurutnya, tidak ada yang salah dengan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan anggota masyarakat ekonomi Eropa. Sehingga, tidak ada satu pun yang membenarkan agresi militer Rusia dengan alasan apa pun.

Baca Juga :   Ratusan Peserta Banjiri JOB EXPO UNAS 2013

“Ukraina ingin merdeka dan menenetukan jalan masa depan hidupnya sendiri. Jadi dengan alasan apa pun, Rusia tidak boleh memerangi Negara lain, memasuki kedaulatan Negara lain”,  kata Yuddy.

Yuddy menambahkan, sesungguhnya keberpihakan terhadap Ukraina (Stand with Ukraine) memiliki fondasi yang kuat, yaitu tegaknya hukum internasional, penghormatan terhadap kedaulatan negara lain, menghormati piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai bagian dari masyarakat dunia, dan yang paling penting adalah komitmen bangsa dan negara Indonesia yang memiliki mukadimah pembukaan UUD 1945.

“Jadi ini sudah jelas. Ukraina itu adalah negeri yang indah, masyarakat yang beradab dan toleran, yang jauh dari permusuhan. Datangnya Rusia justru merusak semua tatanan keindahan yang ada. Nilai-nilai kemanusiaan dikoyak dan hukum dilanggar”,  ujarnya. (Umair)

 

Berita Terbaru

Jadwal pelaksanaan PLBA T.A 2023/2024

Hari : Kamis 

Tanggal : 21  September 2023

Pukul : 07.00 – 16.05 WIB

Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FISIP
  2. FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
  3. HUKUM
  4. FAKULTAS BIOLOGI DAN PERTANIAN
  5. FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS

Hari : Jum’at

Tanggal : 22  September 2023

Pukul : 07.00 – 14.30 WIB

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

FAKULTAS

  1. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
  2. FAKULTAS TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
  3. FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Tempat : Auditorium Universitas Nasional

Chat with Us!