JAKARTA (UNAS) – Universitas Nasional (UNAS) turut memeriahkan Festival Mikul Buah 2025 yang untuk pertama kalinya digelar di Kelurahan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Festival ini menjadi momentum penting untuk mempererat persaudaraan warga serta memperkuat identitas budaya Betawi sebagai warisan yang harus terus dijaga dan dilestarikan.
Festival yang berlangsung selama dua hari, 14 dan 15 Juni 2025 ini, dihadiri oleh tokoh masyarakat, anggota legislatif, pimpinan perusahaan, serta perwakilan dari berbagai instansi pendukung.
Ketua Bamus Betawi Jakarta Selatan, Yusuf, S.I.Kom, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Festival Mikul Buah bukan sekadar acara seremonial, melainkan ajang untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan pelestarian kearifan lokal. “Apresiasi setinggi-tingginya saya sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini. Mari kita jaga semangat kebersamaan ini, dan semoga Festival Mikul Buah bisa menjadi agenda rutin yang memperkuat identitas lokal,” ujarnya.
Senada dengan itu, H. Ade Suherman, S.Kom, anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta yang hadir mewakili Ketua DPRD, juga menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat berlangsung setiap tahun. Ia menyoroti hadirnya elemen khas Betawi seperti kerak telor, kembang kelapa, busana sadariah, dan kebaya sebagai simbol kekuatan budaya. “Saya berharap festival ini terus dilakukan setiap tahun. Dulu, saya juga pernah merasakan suasana Mikul Buah di Pasar Minggu pada tahun 1980-an,” kenangnya.
Menurutnya, Festival Mikul Buah merupakan bentuk konkret pelestarian budaya Betawi yang harus terus digaungkan. “Budaya Betawi harus terus dikenalkan dan dilestarikan. Festival seperti ini adalah cara yang tepat dan efektif,” ujarnya.
Wali Kota Jakarta Selatan: Budaya Lokal Bangun Karakter Masyarakat
Dalam sambutannya, Wali Kota Jakarta Selatan, M. Anwar, S.Si., M.A.P., menegaskan pentingnya pelestarian budaya dan kearifan lokal sebagai bagian dari pembangunan karakter masyarakat, terutama di tengah derasnya arus globalisasi. “Festival ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi ruang pertemuan antargenerasi dan antarwarga untuk bersatu dalam semangat kebudayaan,” tuturnya.
Sebagai alumnus Fakultas Biologi dan Pertanian UNAS, Anwar juga mengenang Pasar Minggu sebagai sentra buah dengan nilai sejarah yang tinggi. “Banyak nama jalan di wilayah ini menggunakan nama buah, seperti Jalan Durian, Jalan Rambutan, dan Jalan Pepaya. Itu bagian dari warisan sejarah yang patut kita jaga,” tambahnya.
Ia turut menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. “Pengalaman saya di Jakarta Timur menunjukkan bahwa kerja sama antara RT, RW, LMK, dan ormas dapat menciptakan perubahan yang besar tanpa gesekan. Hal ini juga bisa diterapkan di wilayah ini,” jelasnya. Bahkan, ia mengusulkan pembangunan patung buah sebagai simbol identitas Pasar Minggu sebagai pusat buah-buahan.
UNAS Hadirkan Layanan Kesehatan dan Edukasi Urban Farming
Sebagai bentuk nyata pengabdian kepada masyarakat, UNAS melalui Fakultas Ilmu Kesehatan dan UPT Marketing & Public Relations menghadirkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis, seperti pengecekan kadar gula darah dan asam urat bagi pengunjung festival.
“Kami senang dapat berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat Kelurahan Pasar Minggu. Ini merupakan bagian dari implementasi CSR UNAS sekaligus wujud nyata pengabdian kami kepada lingkungan sekitar,” ujar Marsudi, Manajer UPT Marketing & Public Relations UNAS.
Ia juga menambahkan bahwa UNAS menyediakan beasiswa khusus bagi warga Kecamatan Pasar Minggu, termasuk melalui jalur afirmasi budaya Betawi.
Selain itu, UNAS juga menghadirkan Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M.Agr., dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Biologi dan Pertanian, sebagai narasumber dalam Talkshow bertema “Urban Farming”. Sesi ini memberikan edukasi praktis kepada masyarakat mengenai konsep pertanian di wilayah perkotaan.
Mikul Buah: Investasi Budaya untuk Generasi Mendatang
Festival Mikul Buah membuktikan bahwa budaya bukan sekadar kenangan masa lalu, tetapi juga investasi berharga untuk masa depan. Kolaborasi antara pemerintah, DPRD, masyarakat, dan institusi pendidikan seperti UNAS menciptakan sinergi penting dalam pelestarian budaya secara berkelanjutan.
Dengan pelibatan aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk dunia pendidikan, diharapkan semangat melestarikan budaya Betawi akan terus tumbuh dan memberi dampak positif bagi generasi mendatang. (IPUL)
Bagikan :