Jakarta (Unas) – Pusat Pengajian Islam (PPI) Universitas Nasional (Unas) adakan kajian series Ramadhan ke 4 dengan mengambil tema ‘Implementasi Ajaran Islam dalam Lingkungan Hidup Global’, pada Jumat (29/04). Kegiatan yang dihelat secara daring ini menghadirkan Dosen dari Universitas Sebelas Maret, Haryani Septaningtyas, Ph.D., sebagai narasumber.
“Kerusakan yang terjadi di lingkungan sudah semakin terlihat dan menjadi hal yang krusial saat ini. Jika krisis ini tidak ditangani dengan segera maka dapat mengancam kelangsungan hidup seluruh umat manusia, termasuk umat Islam yang mendiami planet bumi ini,” ujar Haryani dalam pemaparan materinya.
Ia melanjutkan, perlu adanya implementasi nilai-nilai ajaran agama untuk mencari jalan keluar dalam permasalahan ini. Islam sebagai salah satu agama di muka bumi ini telah menjelaskan bagaimana tugas seorang manusia sebagai khilafah dalam memperlakukan bumi juga alam dan isinya.
“Membaca kerusakan lingkungan, sebagai penanda kiamat ini sendiri sebenarnya diakibatkan karena perilaku manusia. Manusia sebagai khilafah di muka bumi harus memiliki hubungan erat dengan alam sebagai penjaga, penyeimbang, serta super ordinat yang mengelola dan menggunakan alam, karena manusia adalah wakil Tuhan,” katanya.
Haryani menambahkan, perilaku manusia yang over consumtive atau bertindak berlebihan dalam mengeksploitasi bumi juga bertentangan dengan teks agama. QS. Al-Baqarah ayat 60 menyebutkan makan dan minumanlah rezeki yang diberikan oleh Allah SWT dan janganlah berbuat kerusakan QS. Al-Ara’f ayat 31 juga menyebutkan makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan.
Sementara itu, Sekretaris PPI Unas, Dr. Hendra Maujana Saragih, M.Si., mengatakan, kajian mengenai kerusakan lingkungan perlu dibahas mengingat persoalan ini sudah berlangsung cukup lama dan masih banyak yang tidak menyadarinya.
“Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan umat Islam dalam perbaikan juga menyebarkan risalah mengenai alam dan lingkungan. Di sisi lain, perlu adanya dialog yang lebih dalam dan panjang lagi antara kelompok ilmuwan dan agamawan supaya ada keselarasan,” tuturnya. (NIS)
