Jakarta (UNAS) – Hari kedua International Conference on Natural Products and Chronic Diseases (ICNCD) 2025 kembali menghadirkan rangkaian presentasi ilmiah dari peneliti Indonesia dan mancanegara, Kamis (05/12/2025), di Auditorium Universitas Nasional (UNAS). Salah satu sorotan utama datang dari UNAS, yang memaparkan potensi ekstrak biji Pandanus tectorius sebagai agen alami untuk terapi osteoporosis. Selain itu, sejumlah sesi paralel juga membahas pengembangan bahan aroma global dan teknologi perawatan luka berbasis Mitragyna speciosa (kratom).
Inovasi Global Bahan Aroma dan Flavor
Bedoukian Research, Inc. dari Amerika Serikat memaparkan perkembangan riset dan produksi bahan aroma serta flavor berkualitas tinggi. Berdiri sejak 1972, perusahaan ini dikenal sebagai produsen bahan kimia aroma bernilai tinggi untuk parfum, pangan, dan berbagai aplikasi industri.
Hingga 2025, Bedoukian telah mengembangkan lebih dari 250 produk aroma dan flavor, termasuk bahan kimia spesial untuk industri wewangian dan makanan. Perusahaan ini juga menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan melalui pengembangan produk berbasis renewable carbon untuk mengurangi ketergantungan pada bahan petrokimia.
Dengan dukungan tim ilmuwan berpengalaman serta teknologi distilasi presisi, Bedoukian membuka peluang kolaborasi dengan institusi akademik dan industri, khususnya dalam pengembangan bahan alam, eksplorasi minyak atsiri unik, dan proyek komersialisasi bersama.
Teknologi Perawatan Luka Berbasis Kratom dari UPM
Dr. Siti Efliza Ashari dari Universiti Putra Malaysia (UPM) memaparkan inovasi pemanfaatan kratom (Mitragyna speciosa) dalam bentuk nanostructured lipid carriers (NLC) untuk terapi luka.
Kratom memiliki potensi farmakologis, tetapi penggunaannya terkendala oleh stabilitas rendah, ukuran partikel besar, dan penetrasi kulit terbatas. Teknologi NLC membantu mengatasi hambatan tersebut melalui keunggulan seperti:
- ukuran nanopartikel kurang dari 200 nm,
- bentuk partikel bulat dan stabil,
- stabilitas penyimpanan hingga 90 hari,
- kompatibilitas optimal antara lipid padat dan lipid cair.
Pada uji in vitro, hidrogel MS-NLC meningkatkan migrasi sel fibroblas hingga 64,21 persen dalam 24 jam. Sementara itu, uji in vivo menunjukkan percepatan penutupan luka, pembentukan kolagen matang, dan regenerasi kulit yang lebih baik.
Efliza menjelaskan bahwa riset ini telah meraih sejumlah penghargaan internasional dan berpotensi mendorong penguatan industri farmasi Malaysia, khususnya dalam pengembangan Active Pharmaceutical Ingredients (API) berbasis bahan alam.
Temuan UNAS: Potensi Ekstrak Biji Pandanus tectorius untuk Terapi Osteoporosis
Pada sesi penutup hari kedua, tiga peneliti dari UNAS, UPN Veteran Jakarta, dan Universitas Pakuan memaparkan riset terbaru terkait bahan alam untuk pengembangan terapi modern.
UNAS: Kandidat Terapi Antiosteoporosis
Prof. Dr. Sri Endarti, S.Si., M.Si. dari Fakultas Biologi dan Pertanian UNAS memaparkan potensi ekstrak biji Pandanus tectorius sebagai kandidat terapi osteoporosis. Penelitian ini menggunakan model tikus ovariektomi untuk merepresentasikan kondisi penurunan hormon estrogen pada perempuan pascamenopause, kelompok yang menyumbang lebih dari 200 juta kasus osteoporosis global.
Penelitian ini berfokus pada kandungan fenolik dan flavonoid yang berperan sebagai antioksidan sekaligus fitoestrogen alami, yang membantu melindungi sel tulang dari stres oksidatif.
Dosis tertinggi, 900 mg/kgBB, menunjukkan hasil paling signifikan berupa:
- peningkatan densitas trabekula tulang,
- penurunan aktivitas osteoklas,
- perbaikan mikroarsitektur tulang.
Efektivitasnya mendekati alendronate, obat yang umum digunakan untuk osteoporosis. Prof. Endarti menyatakan bahwa penelitian ini menjadi langkah awal pengembangan suplemen herbal untuk perempuan pascamenopause. Riset ini didukung pendanaan PDUPT RistekBRIN dan fasilitas riset dari Fakultas Biologi dan Pertanian UNAS.
UPN Veteran Jakarta: Cyrtophyllum fragrans sebagai Kandidat Antidiabetes
Bunga Anggreini Sari, S.Si., M.Biomed. memaparkan potensi daun Cyrtophyllum fragrans, tanaman yang digunakan masyarakat Sumatra Selatan, sebagai kandidat antidiabetes. Melalui uji fitokimia, antioksidan, LC-MS, dan molecular docking, penelitian menemukan 18 senyawa bioaktif, termasuk flavonoid dan terpenoid.
Salah satu senyawa unggulan, luteolin-7-O-glucoside, menunjukkan kemampuan menghambat enzim terkait diabetes. Ekstrak etanol tanaman ini juga menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat. Bunga menekankan perlunya uji lanjutan untuk memastikan efektivitas sebagai fitofarmaka.
Universitas Pakuan: Keamanan Rumput Kebar Hingga Dosis 5000 mg/kgBB
Penelitian mengenai keamanan ekstrak etanol rumput Kebar (Biophytum umbraculum Welw.) disampaikan oleh Erni Rustiani dan Rizka Bella. Melalui uji toksisitas akut pada 22 ekor mencit betina, penelitian memantau gejala klinis, perubahan berat badan, mortalitas, dan indeks organ selama 14 hari.
Hasilnya menunjukkan:
- tidak ditemukan tanda toksisitas pada dosis rendah dan sedang,
- gejala ringan seperti ptosis dan piloereksi hanya muncul sementara pada dosis tinggi,
- tidak ada kematian pada seluruh kelompok,
- berat badan hewan uji meningkat normal,
- organ vital tetap dalam kondisi normal.
Peneliti menyimpulkan bahwa rumput Kebar aman dikonsumsi hingga dosis maksimum yang diuji, tetapi uji subkronis dan histopatologi tetap diperlukan untuk menilai keamanan jangka panjang.
Rangkaian presentasi pada ICNCD 2025 hari kedua menunjukkan bahwa riset bahan alam terus berkembang sebagai sumber terapi modern yang aman dan aplikatif. Dari kandidat antiosteoporosis, antidiabetes, hingga pengujian keamanan herbal, seluruh temuan ini memperkuat arah penelitian multidisipliner yang berpotensi dikembangkan sebagai fitofarmaka di masa mendatang. (MAR/DMS)
Bagikan :


