Jakarta (UNAS) – Hidup sering kali menghadirkan ujian yang berat, namun dari perjuangan yang paling gelaplah muncul cahaya yang paling terang. Kisah Desfara Anggreani, lulusan Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional (UNAS), menjadi bukti bahwa harapan, doa, dan keteguhan hati dapat mengubah keterbatasan menjadi kekuatan. Di hadapan ratusan hadirin pada acara Wisuda UNAS Periode I Tahun Akademik 2024/2025, ia berdiri dengan penuh keyakinan, menyampaikan pidato inspiratif yang menggugah hati.
Bagi Desfara, hari kelulusan bukan sekadar penanda berakhirnya masa studi, tetapi simbol kemenangan dari perjuangan panjang melawan sakit, keputusasaan, dan ketidakpastian. Dua setengah tahun lalu, ketika kampus mulai kembali menggelar perkuliahan luring pascapandemi COVID-19, Desfara datang ke kelas dengan tubuh lemah dan berjalan menggunakan tongkat. Saat itu, ia tengah menjalani proses pemulihan dari penyakit serius yang mengharuskannya menjalani operasi dan pengobatan jangka panjang.
“Tahun itu adalah masa terberat dalam hidup saya. Saya hampir menyerah untuk melanjutkan kuliah,” ucapnya dengan suara bergetar.
Namun titik balik terjadi ketika ia melihat ibunya bersujud dalam doa, memohon kesembuhan untuk putrinya. Momen itulah yang membangkitkan semangatnya kembali. “Sujud ibu adalah cahaya dalam kegelapan saya. Dari sana, saya memilih untuk bangkit dan melanjutkan perjuangan,” katanya sambil menatap kedua orang tuanya yang hadir di ruang wisuda.
Kini, kaki yang dulu lemah telah membawanya menginjak panggung prestasi internasional. Desfara berhasil meraih penghargaan 1st Winner Best Idea and Best Team dalam ajang International Summit Program and Youth Social Action di Singapura dan Malaysia pada Februari 2025. Ia juga mewakili UNAS sebagai Mahasiswa Berprestasi dalam ajang kompetisi tingkat nasional.
Tak hanya itu, Desfara menjadi penerima Beasiswa Eka Tjipta Foundation dari Sinar Mas Group, hasil kerja sama dengan UNAS. Beasiswa tersebut membiayai kuliahnya sejak semester tujuh hingga pendidikan profesi ners, termasuk pelatihan dan prosesi wisuda, bahkan menjamin penempatan kerja di rumah sakit setelah lulus.
“Terima kasih kepada Bapak Rektor dan jajaran, khususnya Ibu Dekan FIKES, Kaprodi Keperawatan, dan Profesi Ners yang telah membuka begitu banyak kesempatan beasiswa bagi kami para mahasiswa,” ucapnya penuh syukur.
Dalam pidatonya, Desfara menyampaikan pesan mendalam kepada para wisudawan. Ia mengutip tokoh nasional Sutan Sjahrir, “Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan,” lalu menambahkan, “Jangan takut mencoba hal baru, karena keberanian adalah kunci untuk membuka pintu masa depan.”
Ia menutup pidatonya dengan ungkapan terima kasih untuk keluarga tercinta. “Untuk Mamah, sujudmu adalah doa yang menyelamatkanku. Untuk Papah, terima kasih telah menjadi inspirasiku untuk terus kuat,” tuturnya, disambut tepuk tangan haru dari seluruh hadirin.
Desfara Anggreani kini berdiri sebagai simbol kekuatan, harapan, dan semangat pantang menyerah. Ia membuktikan bahwa keajaiban bukan datang begitu saja, tetapi hadir melalui doa, kerja keras, dan keteguhan hati. Sebuah pesan penuh makna bagi generasi muda Indonesia: bahwa mimpi tetap mungkin digapai, bahkan dari titik paling sulit sekalipun. (DMS)
Bagikan :